Keadaan umat di dalam dakwah islamiyah menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan dakwah yang dibawanya sesuatu yang tidak efektif. Persoalan ummah disebabkan karena dakwah yang tidak berjalan atau kurang berkesan. Dakwah dan jihad ini adalah sebagai penyokong dan atap bagi akhlak dan ibadah yang akan di bangun secara baik sehingga rumah islam ini dapat di bangun secara baik Tanpa dakwah maka permasalahan akan bermunculan secara bertahap dan kemudian memuncak keatas diri ummat islam. Masalah ummat karena dakwah tidak berkesan salah satunya disebabkan oleh permasalah pembawa dakwah itu sendiri yang senantiasa ada mengiringi dakwah dan persoalan yang di sebabkan oleh keadaan semasa sebagai respon dan kesan keadaan sebelumnya dan keadaan akan yang selalu muncul adalah persoalan mengenai manusia, persoalan ini selalu ada selama manusia ini tetap hidup dan bersama dakwah. Dari zaman Nabi Adam AS hingga sekarang, keadaan manusia adalah isu permasalahan utama yang tidak pernah habis dan tak kunjung padam. Masalah yang perlu dihadapi adalah bagaimana kita menghadapi keadaan manusia ini dengan baik dan dapat mengatasi pernasalahan sebagai sarana meningkatkan kualitas dan ketahan diri. Beberapa persoalan manusia ini adalah masalah kejiwaan manusia yang unik dan mudah berubah mengikuti keadaan dan suasana, kecenderungan peribadi ke arah tertentu, masalah watak yang beragam, pengaruh syahwat dan keadaan instink manusia. Keadaan sekarang yang merupakan masalah yang ada pada realitas saat ini berdasarkan kepada persoalan-persoalan sebelumnya seperti akibat dari sisa masa penyelewengan, penyakit dari penjajah dan adanya kekuatan yang menantang. Dari permasalahn ini akan mewarnai bagaimana keadaan dan masalah ummat sekarng ini. Pertimbangn kepada isu ini merupakan suatu yang penting bagi menjalankan dakwah yang benar dan baik di tengah kancah perjuangan yang banyak dipengaruhi banyak dari negara dan masyarakat islam barulah lepas dari keadaan yang dikuasai oleh diktator yang kejam dan raja yang tidak menjalankan islam, juga berbagai keadaan yang muncul sebelum seperti pengaruh aliran sesat atau dakwah yang membawa kehancuran seperti dakwah yang berorientasikan kepada jihad senjata, dakwah sebelumnya yang membawa kesan dan imej yang negatif, dan kekuasaan yang menjadikan muslim tidak mengerjakan amalan islam termasuk sholat. Penyakit ummat yang juga bisa disebabkan karena munculnya suatu kekalahan dan kehancuran islam seperti pada berbagai lembaga-lembaga kekufuran seperti mahkamah, hukum jahiliyah, sistem pentadbiran dan juga berbagai aturan yang dilembagakan seperti persaingan usaha; penjajah juga meninggalkan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sengaja diciptakan oleh penjajah sehingga menjadikan umat semakin bodoh; penjajah juga menjadikan ummatsalah berfikir atau mempunyai pemikiran yang tidak betul dan kejiwaan yang menyertainya tidak normal seperti rasa rendah diri dan tidak percaya diri. Keadaan ini menjadikan ummat islam di dominasi oleh musuh-musuh islam. Selain itu juga ada Kekuatan-kekuatan yang menentang terhadap dakwah islam sangat banyak di dalam masyarakat sekuler saat ini. Kepentingan-kepentingan sekuler merasa tidak terjaga apabila islam berjaya. Keinginan hawa nafsu mereka tidak akan tersalurkan dengan tegaknya dakwah islam sehingga mereka berusaha mati-matian menentang kekuatan islam dan memadamkan dakwah islam. Kekuatanyang menentang ini dirancang dengan perencanaannya dan sarana yang bak. Mereka melakukan perang jahiliyah yang disusun rapi. Akibat kekuatan ini adalah ummat islam seperti buih yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalam dakwah supaya dapat menyadarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar dakwah dapat berjalan dengan baik. Persoalan manusia yang selalu menyertai dakwah ini dan persoalan semasa akan menjadikan ummat bodoh kepada islam. Selain, halangan dan rintangan dari luar, dari dalam diri umat islam juga terdapat beberapa penyakit yang membuat dakwah itu berjalan lambat, kejayaan Islam sulit dicapai. Maka perlu suatu usaha perbaikan atau islah terhadap keadaan ummat dan dakwah saat ini, sehingga Ummat dan Islam memiliki daya tawar yang tinggi dalam percaturan dunia internasional. Ada ungkapan, bila dai adalah dokter, maka Umat adalah pasiennya. Namun apa yang terjadi jika dokter salah dalam mengobati? Alih-alih sembuh, pasien malah bertambah parah sakitnya. Demikian halnya dalam dakwah tidak mencapai tujuannya. Salah satu bentuk kesalahan tersebut adalah ketika di dalam diri dai berkembang penyakit mental ma’nawiyah, antara lain Ada 2 pembagian penyakit dakwah berdasarkan aspeknya 1. Penyakit penyakit dakwah terkait dengan ma'nawiyah moral Sikap Reaktif Infi’aliyyah Sikap reaktif diperlihatkan dengan Dakwah yang hanya memberikan reaksi karena aksi pihak lain. Dakwah ini adalah dakwah yang tidak menyentuh substansipermasalahan dan dia bersifat temporer, karena ia akan bergeraksetelah ada aksi pihak lain. Dan biasanya dakwah ini tidak terencanadan tidak memiliki program tersendiri, setelah efek dari aksi pihaklain berhenti, dia juga selesai. Seorang dai dikatakan reaktif jika setiap gerakannya tidak berangkat dari tujuan dan sasaran; tidak berdasarkan tahapan-tahapan; dan tidak menggariskan langkah-langkah yang jelas. Akibatnya, semua manuvernya tak lebih dari sekedar reaksi terhadap kondisi yang muncul saat itu atau terhadap isu yang dianggap aktual. Dengan kata lain, dakwah yang Infi’aliyyah adalah dakwah yang tidak berpijak pada manhaj sistem yang jelas. Padahal Allah telah menegaskan pentingnya manhaj yang jelas itu dalam firman-Nya “Katakanlah "Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” QS. Yusuf [12] 108. Untuk bisa bekerja berdasarkan manhaj, dibutuhkan satu syarat; kesabaran. Dalam surat Al-Ashr telah dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, semua orang dalam keadaan merugi dari waktu ke waktu kecuali hamba tersebut senantiasa bersabar di dalam saling mengajak semua manusia untuk taat kepada Allah. Terkadang kita ingin sekali hidayah datang saat ini juga ketika telah berdakwah. Pada hakikatnya, kerja dakwah adalah kerjanya Allah dan mustahil Allah gagal dalam Figuritas Wijahiyyah Telah banyak kericuhan terjadi akibat figuritas ini. Bayangkan, seseorang menolak kebenaran hanya karena kebenaran hanya karena kebenaran itu bukan disampaikan oleh orang yang dia jadikan figur. Sebaliknya, dia pasti akan menerima apa pun yang disampaikan oleh orang yang menjadi figurnya, betapapun nyata-nyata salah menurut Qur’an dan Sunnah. Figuritas dapat memunculkan tradisi taqlid sikap membebek. Sikap yang kemudian berkembang adalah kecintaan pada tokoh, bukan pada Islam. Berjuang karena figur dan bukan keikhlasan. Pada waktu bersamaan, pembelaan terhadap Islam memerintahkan kita taat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada waktu bersamaan, Allah juga memerintahkan agar pengorbanan dan perjuangan dilakukan karena-Nya, bukan karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seoang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya rasul-rasul. Apakah jika ia wafat atau terbunuh, kalian akan berbalik ke belakang murtad?” QS. Ali Imran [3] 144Da’wah yang hanya mengharapkan hadirnya seorang figur dan da’wah seperti ini tidak akan langgeng. Dalam Hadistnya Rasulullah berwasiat ketika haji wada’ “Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh Sebuah telaga di surga, Pen..” HR. Imam Malik secara mursal Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad Al-Hakim secara musnad Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah – dan ia menshahihkannya- Imam Malik dalam al-Muwaththa’ no. 1594, dan Al-HakimAl Hakim dalam al-Mustadrak I/172., ini berarti Rasulullah mendidik untuk berorientasi kepada program bukan kepada figur. Da’wah seperti ini banyak menimbulkan masalah karena jika figur dalam organisasi da’wah tersebut menghilang maka tercerai belahlah da’wah itu. selain itu dakwah model ini biasanya akan memunculkan kultus individu yang sedemikian kuat, sehingga dari kultus inidividu inilah akan timbul penyakit penyakit lain yang tidak kalahberbahayanya. Seperti tidak akan mendengar kan dakwah dari pihak lainselain dari ustadz, kyai, guru atau syaikhnya. Bagaimana solusi mencari figuritas dizaman sekarang ini yang dapat dijadikan tauladan selain Rasullah? Pada Qs. Al Ahzab 21 menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang terbaik, ini berarti hanya Rasulullah yang patut dijadikan tauladan yang tidak mempunyai sisi kelemahan sedangkan dizaman sekarang ini jika ditemukan figur yang dijadikan tauladan pasti akan ditemukan ketidak sempurnaan. Sekarang ini tidak dapat diharapkan individual leader tetapi yang harus ada adalah kolektif leadership yang terdiri dari beberapa sosok yang saling mengisi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Bana Sesungguhnya sebaik-baiknya Qiyadah pemimpin adalah jika dalam hal istifadah ilmiah pemanfaatan keilmuannya dia seorang ustad, dalam hal ribatil qulb keterikatan hatinya dia seorang ayah, dalam hal tarbiyah ruhiyah dia seorang syekh dan dalam hal siasia da’wah dia seorang panglima. Merasa Paling Hebat I’tizaziyyah Dakwah ini bersifat bahwa hanya kelompok dakwahnyalah yang terbaiksehingga para anggota kelompok dakwah tersebut merasa ujub palinghebat dan mengakibatkan tidak dapat melihat kekurangan dan kelemahandirinya. Dakwah ini juga menyebabkan anggotanya ghurur terlena. Firman Allah dalam Al Quran “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” QS Luqman 18 Dakwah seharusnya mengarahkan orang pada sikap tawadhu rendah hati. Bila seorang dai sejak awal merasa paling hebat dan dakwahnya paling benar, yang akan tumbuh adalah sikap sombong dan takabur, serta memandang orang lain dan gerakan dakwah lain tidak artinya. Perasaan selalu nomor satu adalah penyakit yang ditularkan Iblis. Iblis merasa hebat dengan sesuatu yang sebetulnya bukan parameter kehebatan. Refleksi I’tizaziyyah dalam dakwah hadir dalam berbagai bentuk. Bentuk yang sering muncul, keengganan menjalin kerja sama dalam suatu proyek dakwah. Bahkan merasa bisa melakukan dakwah sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal lain yang kerap timbul juga, klaim kebenaran mutlak untuk diri dan kelompak sendiri serta kesalahan mutlak untuk orang lain. Sering kali dalam bentuk pengelompokan dan “pengkavlingan” negeri akhirat. Siapa yang mengikutinya “ditempatkan” di surga dan yang tidak mendukung ia “masukkan” ke neraka. Seolah ia telah dititipi kunci surga oleh Allah. Hadits ke-74 Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda "Barangsiapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan amat marah kepadanya." Riwayat Hakim dan para perawinya dapat dipercaya Merendahkan dan Menafikan Kebaikan yang Lain Intiqashiyyah Dakwah yang selalu mengecilkan atau meremehkan pihak lain sehingga organisasi organisasi dakwah yang lain tidak dianggap mitra dakwahnya. Penyakit dakwah seperti ini biasanya seiring dengan sifat dakwah Al Itijaziyah. Bagaikan dua sisi mata uang, bangga dengan diri sendiri selalu bersanding dengan sikap merendahkan orang lain. Jika ini yang berkembang, ada dua kemungkinan yang muncul saat melihat keberhasilan orang lain, yaitu dengki dan menafikan keberhasilan itu. Dengki maupun sikap menutup mata terhadap keberhasilan yang dicapai orang pada dasarnya sama, yaitu tidak mensyukuri karunia Allah karena karunia itu tidak turun kepada dirinya. “Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan,” QS. Yunus [10] 58. Akibat sikap infi’aliyah reaksioner, wijahiyyah orientasi figur, i’tizaziyyah merasa kuat, energi dakwah akan banyak terkuras untuk merespons berbagai kasus, peristiwa, perkembangan politik, atau problem sosial yang terjadi. Sementara itu, permasalahan umat yang sesungguhnya terabaikan. Bukan berarti dakwah tidak perlu menanggapi permasalahan yang ada. Akan tetapi dalam konteks ini, ada beberapa hal yang harus ditegaskan. Pertama, berdasarkan paradigma Islam, segala problem kemasyarakatan maupun individual muncul akibat jauhnya manusia dari akidah dan syariat Islam. Kedua, karenanya, harus ada gerakan yang integral dan simultan untuk membenahi akibat umat dan menumbuhkan keberpihakan terhadap syariat Islam. Paling tidak, ada dua syarat untuk bisa menyelesaikan persoalan ini adanya kerja sama amal jama’i antara da’i dan kelompok dakwah; dan, terciptanya kondisi masyarakat yang mempunyai kesadaran dan wawasan Islam yang syamil integral.Namun, bagaimana mungkin terjalin amal jama’i yang harmonis, saling menguntungkan dan penuh ukhuwah jika terdapat i’tizaziyyah dan intiqashiyyah? Mungkinkah masyarakat akan sampai ada tingkat pemahaman yang baik jika mereka tak diajak menyalami keutuhan Islam, akibat terjebak dengan fenomena dan isu temporer? Penyakit para dai ini harus diwaspadai. Jika tidak, ia bisa menimbulkan kehancuran dan kebinasaan. 2. Penyakit penyakit dakwah yang terkait dengan amaliyah operasional a. Dakwah yang juz'iyah bersifat parsial/lokal Dakwah ini hanya bersifat sektoralisme yang seharusnya sumuliyah segala aspek. b. Dakwah yang At Ta'lidiyah Taklid Dakwah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami dan mengetahui hujjah/dalilnya dari Al Quran dan Sunnah, sehingga akan tumbuh penyakit taqlid. Biasanya dakwah model ini malah akan memb dohi umat sehingga hanya ustadz, kyainya saja yang tahu tapi muridnya tetap bodoh. Biasanya guru dari dakwah model ini cukup mengajarkan cara cara ibadah seperti sholat, dzikir tanpa harus memaknai apa arti & hakekat dari ibadah tersebut. Da’wah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami. Dalam kelompok da’wah harus dilakukan secara bashiroh hujjah yang nyata sebagaimana Firman Allah “Katakanlah "Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." 108.Imam Hasan Al Bana menekankan dalam merumuskan pilar-pilar komitmen pada da’wah Islamiyah adanya 10 rukun bai’at pada rukun yang pertamanya dan utama adalah rukun Al Fahmu. c. Dakwah yang Al Afwaiyah atau Al Irtijaliyah Dakwah yang tidak mempunyai kejelasan, tidak ada sasaran dan perencanaan sehingga tidak ada yang dapat dievaluasi. Setiap anggota dakwah harus mempunyai wawasan kedepan sesuai dengan Firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS Al Hasyr 18. d. Dakwah yang At Tarki'iyah Dakwah yang tambal sulam yang seharusnya dakwah inqilabiyah yaitu menginginkan perubahan total. Ungkapan Sayyid Qutb "bagaimana mungkin dunia yang sekarang tenggelam dalam kejahiliyahan kemudian sekali kali meminta Islam memberikan solusi kepada permasalahan yang ada. Harusnya jalankan dulu Islam secara menyeluruh, baru menanyakan masih adakah masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Islam". Dakwah ini harus menjelaskan kepada seluruh manusia ketika jalan hidup yang ditempuhbukan jalan Allah SWT sesungguhnya jalan tersebut adalah jalan yang bathil yang harus diingkari, dan mengajak umat manusia khususnya umat Islam kepada Islam yang kaffah menyeluruh. Sebagai solusi terhadap penyakit penyakit dakwah baik dalam ma'nawiyah atau amaliyah adalah dengan jalan membentuk Hizbullah, yaitu suatu tandzim organisasi dimana seluruh umat Islam masuk kedalam tandzim tersebut. Dizaman yang tidak tegak khilafah Islam seperti sekarang ini maka tidak dapat mengharapkan tandzim yang dapat menghimpun seluruh umat Islam. Sejak runtuhnya khilafah Islam terakhir yaitu Daulah Usmani di Turki pada tahun 1924. Sekarang ini muncul Jama'atul jama'atul minal Muslimin, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hizbut Tahrir di Yordania, Jamaah Tabligh di Pakistan, Salafi di Arab Saudi dll. Ini merupakan usaha untuk memberikan suatu penawaran kepada umat Islam pentingnya ada hizbullah, untuk menghimpun umat Islam yang penataannya mendunia. yang sifatnya tunggal denganyang mempersatukan umat Islam yang disebut Jamaatul Muslimin. Sekarang ini belum ada jamaah Muslim, tetapi sudah terbentuk jamaah minal Muslimin dan diharapkan jamaah jamaah minal muslimin ini saling mendukung, berfastabikul khairat dan saling bekerja sama sebagai mitra dakwah, bukannya saling menjelek-jelekkan dan menjatuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan bila ada ketidakcocokan dan ketidaksepahaman, seyogyanya di utamakan dialog dengan semangat mencari kebenaran antara satu dengan yang lain dengan mengutamakan Ukhuwah Islamiyah. Selain itu umat Islam dapat memulai untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya melalui penguatan barisan ummat. Dari munculnya Hizbullah dari suatu barisan umat Islam yang telah dihasilkan dari proses kaderisasi yang kader-kadernya mempunyai beragam potensi dan kafaah keahlian masing-masing dan merekan diberikan peluang seluas-luasnya untuk mengekspresikannya sehingga akan muncul proses proyeksi, promosi dan nominasi kepemimpinan yang akan datang. Dan proses itulah yang dilakukan Rasulullah saw ketika mulai menggagaskan penataan barisan umat Islam sejak di Mekkah. Kongkritnya dilakukan dengan small islamic invironment, harus membentuk kelompok-kelompok kecil, lingkungan pergaulan kaum muslimin yang berada didalam suatu proses kaderisasi tarbiyah yang dibimbing oleh seorang murabbi pembina yang mengoptimalkan potensi dan kafaah binaannya. Sumber Bacaan 1. [ Sumber Majalah Ummi No. 6 XXVI 2. Rangkuman Ceramah Ust Ihsan Tanjung Sumber
Ada2 pembagian penyakit dakwah berdasarkan aspeknya : 1. Penyakit penyakit dakwah terkait dengan ma'nawiyah (moral) Sikap Reaktif (Infi'aliyyah) Sikap reaktif diperlihatkan dengan Dakwah yang hanya memberikan reaksi karena aksi pihak lain. Dakwah ini adalah dakwah yang tidak menyentuh substansiPenyakit Umat di Dalam Dakwah Setelah menyimak beberapa pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa problematika dan tantangan yang dihadapi umat Islam hari ini tidaklah ringan. Upaya penyadaran umat dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar tidak dapat berjalan efektif jika hanya mengandalkan amal individual al-infiradiyyah. Dampak Al-Infiradiyyah Al-infiradiyyah di dalam dakwah adalah penyakit yang harus segera diobati. Karena ia akan berdampak pada mentalitas al-ma’nawiyyah dan aktivitas al-amaliyyah seorang da’i. Pertama, dampak terhadap mentalitas al-ma’nawiyah Da’i yang berdakwah secara infiradi secara maknawi cenderung emosional al-infi’aliyyah; yakni sekedar mengikuti suasana hati atau kecenderungan pribadi. Dakwahnya menjadi serampangan at-tahawur, tidak berdasarkan pandangan dan perencanaan yang matang. Al-Infiradiyah pun cenderung menggiring pada figuritas al-wijahiyah. Hal ini berbahaya terutama jika para pengikut da’i infiradi ini bersikap fanatik kepadanya. Sadar atau tidak, hal yang mungkin muncul kemudian adalah sikap otoriter al-istibdadiyah seorang da’i. Kita hendaknya merenungkan sebuah perkataan hikmah yang disampaikan Imam Malik rahimahullah, لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ إِلَّا وَيُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ، إِلَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “Tidak ada seorangpun setelah Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, kecuali perkataannya itu ada yang diambil dan ada yang ditinggalkan, kecuali Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.” Ibnu Abdil-Barr dalam Jaami’ Bayanil-Ilmi wa Fadhlihi juz II, hal. 111-112. Dalam puncak ketenaran, da’i infiradiyyah pun sangat rentan terpapar perasaan merasa hebat al-i’tizaziyyah. Sikap seperti ini menyeret seorang da’i pada egosentrisme al-ananiyyah; ia tidak mampu melihat suatu persoalan dari perspektif orang lain; tidak bisa menarik kesimpulan dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilihat oleh pihak lain. Ia menganggap dirinyalah pusat perhatian dan hanya pendapatnya sajalah yang penting. Dengan mentalitas seperti ini tidak heran jika yang muncul selanjutnya adalah sikap meremehkan al-intiqashiyyah. Maka potensi perpecahan at-tafriqah di tengah-tengah umat pun semakin berkembang. Kedua, dampak terhadap al-amaliyyah aktivitas Dakwah yang dilakukan secara infiradiyyah cenderung bergaya spontanitas al-afwiyyah. Tanpa ada musyawarah atau pertimbangan-pertimbangan dari pihak lain yang dapat mengarahkan pandangan lebih luas dan menyeluruh terhadap sebuah permasalahan. Tidak ada di dalamnya langkah-langkah yang strategis dan sistematis. Padahal Allah Ta’ala berfirman, وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ “…sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarat antara mereka…” QS. As-Syura, 42 38. Dengan dakwah semacam ini setiap tindakan dan langkah-langkah tidak akan terevaluasi dengan baik; tidak ada pertanggung jawaban adamul mas’uliyyah. Tanpa musyawarah dan langkah-langkah strategis, dakwah infiradiyyah berpotensi menjadi gerakan dakwah yang parsial al-juz’iyyah. Dakwah yang menitikberatkan pada sebagian ajaran Islam dan mengabaikan sebagian ajaran Islam yang lainnya. Maka akan tumbuhlah fenomena-fenomena kontradiktif at-tanaqudhat di tengah-tengah masyarakat. Sebagai contoh, akan muncullah orang-orang yang sangat penuh perhatian pada fiqih ibadah namun abai terhadap masalah adab dan akhlak; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah adab dan akhlak namun abai terhadap masalah fiqih ibadah; sangat penuh perhatian pada masalah politik Islam namun abai pada masalah tazkiyatun nafs; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah tazkiyatun nafs tapi abai pada masalah politik Islam; sangat penuh perhatian pada masalah thalabul ilmi namun abai pada masalah amar ma’ruf nahi munkar; atau sebaliknya, sangat penuh perhatian pada masalah amar ma’ruf nahi munkar namun abai pada masalah thalabul ilmi; dan lain sebagainya. Dakwah infiradiyah pun kerap terjebak pada cara-cara tradisional at-taqlidiyyah. Hal ini dikarenakan sang da’i tidak memiliki pandangan yang luas adamul bashirah tentang realita umat pada masa kini. Aktivitas dakwah seperti itu pada akhirnya hanya bersifat tambal sulam at-tarqi’iyyah dan tidak produktif adamul intaj; kurang memberikan manfaat pada upaya pemecahan problematika dan atau pembentukan umat yang ideal. ***** Al-Ilaj Terapi Pada Penyakit Al-Infiradiyah Para da’i infiradi harus segera diobati dengan terapi yang tepat. Pertama, harus ditumbuhkan kesadaran al-wa’yu pada diri mereka terhadap bahaya penyakit al-infiradiyyah. Kedua, membuka pandangannya tentang keislaman al-islamiyyah yang sesungguhnya dengan pemahaman yang benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh salaful ummah. Ketiga, menanamkan sikap rendah hati at-tawadhu kepada mereka dengan menggambarkan keteladanan para salafus shalih dan para ulama rabbani. Keempat, menggugahnya agar memiliki pandangan yang objektif al-inshaf terhadap keadaan diri dan realita umat. Hal ini dilakukan dengan menggambarkan kepadanya dengan lebih jelas dan detail tentang problematika yang mendera umat. Sehingga mereka menyadari keterbatasan kemampuan mereka dan tergugah untuk bekerjasama dalam sebuah barisan dakwah. Kelima, mengajak mereka untuk bergerak dalam dakwah secara sistematis al-manhajiyyah; memahami problematika, mengetahui obatnya, mengerti prioritas, langkah-langkah dan tahapannya, mampu memilih sarana-sarananya hingga dapat mencapai tujuan. Keenam, menuntunnya pada kerja-kerja dakwah Islam yang menyeluruh as-syumuliyyah; mencakup aspek keyakinan al-i’tiqadi, moral al-akhlaki, sikap as-suluki, perasaan as-syu’uri, pendidikan at-tarbawi, kemasyarakatan al-ijtima’i, politik as-siyasi, ekonomi al-iqtishadi, militer al-askari, dan hukum al-jina’i. Ketujuh, memperkenalkan kepada mereka prioritas dan cara-cara dakwah kekinian al-ashriyah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kedelapan, memotivasinya untuk bersama-sama melakukan perubahan total al-inqilabiyyah. Ringkasnya, hal-hal negatif dari dakwah infiradiyyah dapat dikurangi atau dihilangkan dengan mengembangkan kerja kolektif al-amalul jama’iy. Harus ada sekelompok orang yang bekerja dalam sebuah barisan yang teratur bagaikan sebuah bangunan yang tersusun kokoh. Allah Ta’ala berfirman, وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” QS. Ali Imran, 3 104 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” QS. As-Shaf, 61 4 Wallahu A’lam…
1 Penyimpangan Tujuan (Ghayah) Penyimpangan tujuan termasuk salah satu penyelewengan paling berbahaya yang harus dihindari. Tujuan dakwah, semata-mata karena Allah. Dakwah yang bertujuan selain Allah, atau menyertai tujuan-tujuan lain, seperti tujuan dalam bentuk kepentingan pribadi selain tujuan kepada Allah, adalah suatu penyimpangan.loading...Rasulullah telah memperingatkan tentang penyakit umat dalam sebuah hadisnya. Penyakit umat ini, selain diderita oleh umat nabi-nabi terdahulu, ternyata juga akan diderita oleh umat Nabi Muhammad SAW. Foto ilustrasi/ist Sifat-sifat buruk suatu kaum , ternyata selalu menghinggapi umat nabi-nabi. Sifat buruk yang dimiliki suatu kaum ini, disebut dengan 'penyakit umat' yang membawa kehancuran bagi umat nabi-nabi tersebut. Begitu juga dengan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa dalam Kitab “188 Nubuat ar-Rasul – Maa Tahaqaqa Minha wa Maa Yatahaqqa” karya Muhammad Waliyullah an-Nadwi, dijelaskan bahwa Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam telah memperingatkan tentang penyakit umat ini dalam sebuah hadis. Baca Juga Dari Abul Abbas Muhammad bin Ya'kub, dari Muhammad bin Abdullah, dari Ibnu Wahhab, dari Abu Hani'i Humaid bin Hani'i Al-Khaulani , dari Abu Sa'id Al-Ghifari, dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, berkata bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda, “Umatku akan menderita penyakit seperti yang diderita oleh umat-umat yang lain.” Para sahabat bertanya, “Apa penyakit umat-umat itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Al-Asyr amat melampaui batas, Al-Bathr melampaui batas dalam hal kenikmatan, At-Takatsur bermegah-megahan, At-Tanajusy bersaing dalam urusan dunia. Selain itu, saling membenci dan menghasud sehingga menjadi orang yang durhaka dan lalim.” HR. Hakim dalam Al-Mustadrak 4/168Dalam redaksi lain disebutkan, Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabdaسَيُصِيْبُ أُمَّتِى دَاءُ اْلأُمَمِ اَْلأَشَرُ وَالْبَطَرُ وَالتَّكَاثُرُ وَالتَّشَاحُنُ فِى الدُّنْيَا وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ حَتَّى يَكُوْنَ الْبَغْيُ"Penyakit umat-umat lain akan mengenai umatku, yaitu mengingkari nikmat, sombong, bermegah-megahan, bermusuhan dalam perkara dunia, saling membenci, saling mendengki hingga melampaui batas HR. Hakim. Baca Juga Tentang penyakit umat ini, tulisan Ketua Lembaga Dakwah Khairu Ummah, Drs H. Ahmad Yani menguraikannya sebagai berikut1. Mengingkari nikmatMengingkari nikmat menjadi penyakit yang berbahaya karena hal itu hanya akan mendatangkan murka Allah SWT sebagaimana firman-NyaDan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". QS Ibrahim [14]7.Sejarah telah menunjukkan bagaimana Qarun diamblaskan ke dalam bumi, diri dan hartanya yang dianggap bukan kenikmatan dari Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman-NyaSesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya Berkata kepadanya "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". QS Al Qashash 76 Baca Juga Qarun berkata "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang Telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".QS Al Qashash 78-79Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya. QS Al Qashash 812. Sombong
Yangbukan umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam #muslimidia #muslim #muslimah #islam #dakwah # Apr 11. Al-Qur'an adalah Obat Penyakit Hati #muslimidia #muslim #muslimah #islam #dakwah #dakwahdigital #dakwahindonesia # Janganlah bersikap tak perduli pada keluarga #muslimidia #muslim #muslimah #islam #dakwah #dakwahdigital # Ibrahim 7) Demikian materi khutbah Jumat tentang bahaya sifat iri dan dengki yang dapat kami sampaikan. Semoga Allah subhanahu wata'ala melindungi kita semua dari sifat buruk ini. Jangan lupa untuk terus berdoa agar Allah menjadikan kita sebagai orang-orang beriman yang memiliki hati yang suci bersih dari penyakit-penyakitnya. . 349 79 117 130 468 322 30 183